Khitan: Tradisi Agama atau Non-Agama?

Assalamu'alaikum Sahabat, Karena saya sangat mencintai tulisan Prof. Sumanto Al Qurtuby, (Beliau kakak kelas saya di Kursusan BEC Pare, Kediri. Mom Atun Told me) maka saya posting ulang tulisan-tulisan beliau di sini.

Gambar-gambar yang ada merupakan pemanis yang saya ambil di Google, kecuali gambar yang memang asli dari artikelnya.

Semua yang ada di blog ini adalah murni tulisan beliau, dan kali ini berjudul Khitan: Tradisi Agama atau Non-Agama?

Selamat membaca...

Khitan: Tradisi Agama atau Non-Agama?





Sudah lama saya ingin memosting tentang "khitan" tapi belum pernah kesampaian. Yang saya maksud dengan "khitan" disini bukan kelompok suku nomad dari Mongol atau Manchuria melainkan tradisi sunat atau memotong kulit kemaluan laki-laki yang menutupi apa ya, ah anda tahu sendirilah. Sejarah khitan itu sudah sangat tua yang menurut sejarawan Grafton Elliot Smith konon sudah lebih dari 15,000 tahun lalu dipraktekan oleh berbagai kelompok suku dan masyarakat di berbagai belahan dunia. 

Berdasarkan kajian-kajian kesejarahan, asal-usul dan motivasi khitan ini sangat beragam dari satu masyarakat ke masyarakat lain: ada yang sebagai penanda identitas etnik dan suku, medium pelemahan musuh yang tertangkap, penanda perbudakan, pembeda dengan golongan dan kelas sosial lain, "rite of passage" atau ritus menuju "kedewasaan", "pengorbanan darah", mekanisme untuk hidup sehat, sampai sebagai bentuk perjanjian dengan Tuhan.  


Dalam buku "Sejarah Khitan" (History of Circumcision) yang ditulis oleh Peter Charles Remondino disebutkan praktek khitan ini dibagi menjadi dua bagian besar: di kawasan Oceania, tradisi khitan ini awalnya dipraktekkan oleh suku Aborigin Australia dan Polinesia. Konon di benua Amerika, praktek khitan sudah dilakukan oleh suku Aztec dan Maya. Masyarakat di kawasan Jazirah Arab semula tidak mengenal tradisi khitan ini. Tradisi tertua tentang praktek sunat di kawasan Jazirah Arab dimulai pada abad ke-4 SM. Bangsa Sumeria dan Bangsa Semit-lah yang memperkenalkannya.

Sementara itu di kawasan Mediterranean, tradisi sunat ini dimulai di Sudan dan Ethiopia, kemudian dilanjutkan oleh masyarakat Mesir kuno dan bangsa Semit. Dari Bangsa Semit inilah kemudian diadopsi oleh "suku" Yahudi kuno (disebut "Israelite), dan dari komunitas Yahudi inilah, kemudian tradisi sunat diadopsi oleh umat Islam.

Jika kita kaji secara seksama, memang banyak sekali ajaran, tradisi, dan kebudayaan Yahudi yang diserap oleh Islam, termasuk hijab dan sunat ini. Sudah cukup banyak karya-karya akdemik yang mengulas tentang "aspek-aspek Judaisme" ("ke-Yahudi-an") dalam Islam ini. Dalam Hebrew Bible disebutkan dengan jelas bahwa Abraham (atau Ibrahim dalam Islam) beserta keluarga dan budak-budaknya telah mempraktekkan sunat. 

Tidak sebatas itu, perintah sunat juga diamanatkan bagi keturunan Ibrahim sebagai penanda "perjanjian ketaatan dengan Tuhan". Jadi, dalam konteks Yahudi, sunat ini sangat relijius. Di kemudian hari, sunat ini bukan hanya untuk memenuhi "panggilan Bibel" tetapi juga sebagai penanda penuh identitas ke-Yahudi-an. Nah, sekarang sudah jelas kan bahwa tradisi sunat itu sangat warna-warni dan dipraktekkan oleh beragam suku-bangsa dengan beragam motif pula. Karena itu tidak perlu saling mengklaim sebagai "pemilik sah" ajaran sunat ini...

Jabal Dhahran, Arab Saudi

Terimakasih telah membaca Khitan: Tradisi Agama atau Non-Agama? . Jika anda merasa tulisan ini bermanfaat, silahkan share Khitan: Tradisi Agama atau Non-Agama? untuk teman, sahabat atau keluarga melalui tombol social media di bawah ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullah Wabarakatuh

>

Tulis Email Anda untuk selalu mendapat info Update terbaru Blog ini

0 Response to "Khitan: Tradisi Agama atau Non-Agama? "

Post a Comment